BAYI DARI SPERMA TERTUA TERLAHIR SEHAT
Teknologi pembekuan sel sperma atau sel telur kini semakin canggih saja. Di Australia, seorang bayi yang berasal dari sel sperma tertua lahir secara sehat.
Cerita mengenai Xavier Powell, bayi berusia 6 bulan tersebut, berawal ketika ayahnya Alex Powell didiagnosis menderita kanker limfoma Hodgkin di usia 15 tahun.
Walau penyebab kanker itu tidak diketahui, tetapi pengobatan seperti kemoterapi, radiasi, atau sel punca, bisa membuat pasien mendapatkan remisi (penyakitnya tidak kambuh).
Kemudian dokter meminta Powell menjalani kemoterapi untuk melawan kanker. Sang ibu lalu meminta putranya itu juga menyimpan sel spermanya.
Saran sang ibu memang masuk akal karena salah satu efek samping kemoterapi memang gangguan kesuburan. Meski tidak semua pria yang menjalani kemoterapi akan infertil, tapi produksi sperma dan juga kemampuannya membuahi sel telur dapat terganggu.
Di tahun 2013, ketika Powell dan istrinya Vi memutuskan untuk memiliki anak, mereka baru mengetahui bahwa meski penyakit kankernya sembuh tapi Powell mengalami infertil.
Pasangan itu lalu memutuskan mencoba program bayi tabung (IVF). Tetapi, satu-satunya cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan anak biologis lewat prosedur ini adalah memakai sperma Powell yang sudah dibekukan selama 23 tahun.
Walau awalnya sempat diragukan, tetapi program IVF tersebut berhasil. Xavier dilahirkan pada 17 Juni 2015. Bayi laki-laki tersebut juga terlahir sehat.
Jeda selama 23 tahun sebelum sperma digunakan itu merupakan yang paling lama di dunia. Sperma Powell itu menjadi sperma manusia tertua yang disimpan.
Normalnya, sperma bisa disimpan sampai 10 tahun. Tetapi pada orang yang subur, ada kemungkinan sperma bisa disimpan sampai 55 tahun. Bagi mereka yang tidak lagi butuh sperma, sel sperma itu akan didonasikan atau dipakai dalam penelitian.
Setelah kesuksesan program IVF pertamanya, kini Powell berencana untuk menambah anak lagi, tentunya dengan metode yang sama.
No comments:
Write comments